o_O


Get this widget!

samsung The Galaxy Round

http://www.theregister.co.uk/2013/10/09/samsung_worlds_first_curved_smartphone/
 

Kematian

kematian1.jpg
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji hanya bagi-Nya tuhan semesta alam, karena kepada-Nya kita bersyukur atas segala rahmat nikmat yang telah kita dapatkan semenjak kita diciptakan hingga saat ini.
Catatan kali ini saya buat untuk mengingatkan kembali diri saya tentang kematian, berdasarkan firman Allah, ''Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati..." (QS. al-Imran: 185) dan ''Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di benteng yang tinggi lagi kokoh..." QS. an-Nissa: 78
Sudah jelas bahwa kematian itu pasti dan tiada yang dapat menghalanginya, tidak ada seorangpun dari kita yang mengetahui kapan kematian itu tiba, Detik ini, 1 jam lagi, hari ini, ataukah esok hari, boleh jadi seminggu lagi, sebulan lagi, beberapa bulan lagi, atau beberapa tahun lagi.
Tidak seorangpun yang dapat mengetahui kapan ia akan mati, karena ini memang rahasia Ilahi.
 

salam_ku


salamku buat kamu yang mulai jauh dari penglihatanku ..... kabur tak terbayang oleh sinar sang surya .... hanya terlihat sebagian pucuk selendangmu yang kau dapatkan dari penjual sutra ternama di kota ini, kelopak mataku tak bertahan lama tuk membendung air mata ini.
L A M A ......
temanku .... biarlah air mata ini menggenang dibias pipiku, jangan kau usap .... biarlah air mata ini juga menjadi nisan kalau aku pernah begini, dan ambillah pelajaran dari suasana ini, wahai temanku bolehkah aku menyandarkan kepalaku di bahumu ...... badan ini mulai terasa rapuh, dan dingin, rasa sesak sudah terasa dirongga batin ini .... pesanku temanku, kalau hari ini aku pergi dari tatapanmu, berikan aku Do'a dimana aku bisa menemukan tempat yang paling indah dijagat raya ini .....

dan salam untuk dia yang semakin jauh dari pandanganku .....

#Srufuet_Major's
 

Tersesat


senantiasa lupa, ketika kau berpaling dari tubuh bau bangkai ini
kenapa tidak ?
caci aku, maki aku, hujat aku dan ludahi mukaku, dengan air liurmu yang berbau bacin itu .....
kenapa tidak?
"̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ ........ 
mukaku memang jelek, muka penghiat, muka kriminal dan terserah kamu mau bilang apa...

tpi satu hal jangan pernah kamu lupa, , , Untung berkali-kali untung, TUHAN menciptakanmu sebagai manusia, coba kalau TUHAN menciptakanmu jadi BABI ..... kau lebih hina daripada aku .......... dan tidak lebih hanya HINA ..... tapi engkaulah yang menciptakan MUGHOLAZDOHmu sendiri ... kau umbar kata-katamu sendiri dimuka munafikmu ,,,,,,
senyummu terlihat manis, tpi renta
gelagat tanganmu indah, tpi fakir
ucapanmu terdengar merdu, tpi fitnah
tatapanmu memikat, tpi picik

dan aku minta maaf atas presentasiku yg pudar disaat hari mulai senja ini .......
 — tersesat .

 

Rapuhmu

....akhlakmu terlihat rapuh.....tidak terlihat congkak waktu itu, tidakkah engkau ingat meriam datang tanpa diduga menghempas tanah nahkodamu ,,,,,, begitu pekik, licik,
menghancurkan kandang ternak tetangga ..... mulutmu tajam bak air sungai tersiram cahaya sang surya .....

mengkilat, dari ucpanmu, sekali ucap cerewet mencari kesalahan orang lain, tak beda fana' _
Terang, dari caramu bertingkah absurd, seakan-akan itu ada,tetapi NIHIL ......
kosong,,,, dan hanya menghibur diri ........

#MaJoor's #Srufuet's
 

coffe

Kopi malam ini tk senikmat ktka kubuka raut wajah mungilmu,tk sma dngan kain kafan bijakmu. . .yg tk menxapaku malam ini,dan bsok akan kuurus aqidahmu. . . .
 

kancut

ceritamu hanya sebatas diatas jagat dan satu alur dan latar yg sama ....
1001 malam jga sama,,,,, tpi berbungkus rapih tak kendor dan kekencangan, seperti kancut janda tetangga rumah ,....
 

gak ileng

merekah walau menikam asa lebih mempesona daripada melalaikan Dosa ....
 

sakit

gemetarkah kakimu menghapus kesalahan luka yg menyapa urat nadi, sruhlah berhenti sejenak dengarkan persaan itu, yg tk lain adalah kehampaanmu sendiri, mendiang malam kemarin yang kau lupakan jga tak terlalu lama belum sempat mnelan sisa ludahnya, yang belum jga melupakanmu .....

kaku tapi rapuh...
mengkilat tapi keropos ....
mahal tapi tak berharga......
Diam tapi Serakah .....

apalagi ....... kalian berkomentar tpi tak terdengar ........

cerah tapi kusut .... percuma tanganmu gemetar hanya untuk membalas miniatur seperi ini .....
 — sakit .
 

pijakan

Jejak kaki telah membekas
pada putaran roda kehidupan
setiap langkah yang menderap
selalu ada luka dalam lembarannya
begitu pula dengan akhlak mahmudah yang menjadi kemulyaan hati
di setiap tarikan nafas

#Srufuet_M.
 

lelah .

aku ingin cerita tpi tak punya seseorang yang mendengarku ....
Ehhmmmm .....

Haii Malam !!!
malam ini kau boleh mengecewakanku ??
tpi besok, kalau kau masih saja tak menganggapku, mendingan aku tidur meneruskan mimpi yang masih setia mnemaniku walau aku menutup mata .... HHhhhhh
 — lelah .
 

sutra

menyulam sutra tak semudah membalikkan telapak tangan, pikiran pusing, badan bau busuk, tulang belulang ini rapuh seakan copot berserakan ,...

walau berkarat tak membuatmu komentar terlalu panjang .... dan tak terlalu rumit ....
sandaran ini terbawa layaknya hisapan marijuana mengepul keatas kedalam otak kotor yang berkiblatkan keislaman ....
 
penyelingkuh mulai hadir ketika engkau lengah tak nggabrezzzttt .......hanya dengan ...................................
Foto: penyelingkuh mulai hadir ketika engkau lengah tak nggabrezzzttt .......
hanya dengan ................................... kunu
 

Tak apa-apa

salah satunya adalah aku, dan salah keduanya juga aku, sampai salah ketiganya juga masih tetap aku ......

aku ingin menulis puisi dengan mengosongkan isi kepalaku yang penuh dengan keluh
aku harus menulis kata berulang-ulang

agar aku ingat apa yang aku katakan, aku harus menulis kata berulang-ulang
berulang-ulang aku harus tuliskan, kata yang harus aku ingat

kemana kau akan pergi penyair? di sana tak ada pintu
kemana kau akan pergi penyair? di sana tak ada jalan

kemana kau akan pergi?

aku bukan penyair, tak butuh pintu dan jalan
terang demikian siang, benderang demikian terik, bermimpi apa?
siapa yang berteriak itu: langit bolong

ujarnya:
mari kita belajar lagi, menghayati luka kata, berdarah di setiap hurufnya
tak kau rasa nyerikah dihunjam kata, tak kau rasa perihkah
dirajam kata, tak kau rasakankah derita kata merindu puisi mengada?....
 

SIALAN

terjebak prahara keangkuhan dunia

kesialanmu adalah tingkahmu yang usai kau kerjakan....
 

Jiwa Lambaka

bergeraklah atas keyakinanmu, dan dapatkan surgamu sndiri, kaarna tuhanmu nanti menyemayamkanmu sendri2, tidak ada hiasan kemawahan didalam sana ......

#Ny_Nyian JiWa Lambaka
 

NYANYIAN JIWA

NYANYIAN JIWA ....... kegelapan, kesunyian semilir desah angin menyetubuhi dendam bersenja, didalam sunyi kegelisahan terucap dengan sebuah pena ............

kata2 hujatan.... makian, cercaan dan hinaan ...

didalam hitam puisiku ini ku tunggu kematianmu ......
dan kucatat kebusukanmu, serta benih2 kehancuranmu ......
 

Kumpulan Syair-syair Indah

 

KERETO JOWO

ono tangis kelayung-layungtangise wong kang wedi matigedungono kuncenono yen wis mati mongso wurungo

ditumpakke kreto jowo rodane rodo manungso

ditutupi ambyang-ambyang disirami banyune kembang

Duh Gusti Allah kulo nyuwun pangapuro

ning sayange wis ora ono guno

Duh Gusti Allah pangeran hambaKulo niki nandang dosadosanipun kaleh perkaraIngkang riyen dosa ing TuhanKapindone dosa ing anak adamDuh Gusti Allah kula nyuwun pangapuro
 

Rahasia Google Chrome

 

Jokowi Bantah Dana Blusukan hingga Rp 26,6 Miliar

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo membantah rilis pers yang dikeluarkan oleh Forum Indonesia Transparansi Anggaran (Fitra) yang menyebutkan kalau anggaran blusukan Jokowi di tahun 2013 mencapai Rp 26,6 miliar. Menurutnya, blusukan itu hanya bermodal jalan kaki, tidak sampai memakan anggaran lebih. 

"Blusukan enggak ada anggaran. Blusukan itu apa sih? Modalnya itu hanya jalan kaki," kata Jokowi di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (21/7/2013). 

Menurut Jokowi, segala bantuan yang ia keluarkan selama blusukanmerupakan dana operasional yang telah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI 2013. Dana operasional itu dianggarkan untuk Gubernur dan Wakil Gubernur. Dahulu, dana itu bernama dana taktis. 

Jokowi pun tak memungkiri kalau dana operasional yang ia terima bersama Basuki mencapai Rp 26,6 miliar. Kendati demikian, ia mengaku dana itu tidak habis hingga setengahnya. 

"Kita itu punya dana operasional, dana operasi keamanan, dana sosial khusus, dana ketertiban sosial, dana operasional khusus. Kalau ada kebakaran, masalah gesekan masyarakat, butuh dana cepat, bantuannya ya dari dana operasional itu," kata Jokowi. 

Ia menjelaskan, kegiatannya selama ini untuk blusukan berfungsi sebagai manajemen kontrol dan menjalankan fungsi pengawasan. Apabila pemerintah tidak dapat menciptakan manajemen kontrol dan pengawasan, program pun tidak akan terealisasi. 

Selain itu, kalau pemimpin tidak mampu menjalankan fungsi kontrol dan pengawasan, masyarakat juga merasa tidak akan dekat dengan pemimpinnya. Pernyataannya itu sekaligus untuk menjawab tudingan pencitraan yang kerap dialamatkan kepadanya. 

"Yang dicitrakan itu apanya? Lah wong kita ke kelurahan, kecamatan, cuma untuk mengecek doang, enggak pakai dana apa-apa," kata Jokowi. 

Fitra memaparkan anggaran blusukan di tahun 2013 Gubernur DKI Jakarta Jokowi dan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, mencapai Rp 26,6 miliar lebih. Jumlah tersebut ternyata lebih mahal dibanding Gubernur dan Wakil Gubernur DKI terdahulu, Fauzi Bowo dan Prijanto. 

Anggaran blusukan Fauzi Bowo saat itu hanya mencapai Rp 17,6 miliar per tahunnya. Anggaran tersebut berasal dari APBD 2012. Biaya tersebut masuk dalam belanja penunjang operasional. Dengan jumlah tersebut, antara Jokowi dan Foke terdapat selisih anggaran blusukan sebesar Rp 9 miliar.
 

“ Pendidikan Tidak Menjamin Nasib Seseorang, Pendidikan Menjamin Cara Berpikir Otak. ”

                                                                                                     Tanpa Batasan

          Pendidikan tidak bisa tetap terbatas pada buku dan ruang kelas saja. Selain sumber-sumber, maka hal itu harus dicari apa saja. Pendidikan juga memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat. Hal ini, menyebabkan pemahaman yang lebih baik dan mengetahui bagaimana dalam dunia ini hidup dan berpikir. Pendidikan berarti melampaui derajat dan terus mencapai hal-hal dengan memperoleh pengetahuan. Dalam arti sebenarnya, pendidikan berarti berkembang dari seorang individu untuk menjadi manusia yang utuh, bukan hanya menjalani hidup.
 

Waktu Imsakiyah

Aku suka ketika mendengar suara
.....
.................  [ WAKTU SAOooR TINGGAL 15 MENIT ]
 

lirik lagu @Rasta Mania " THE PAPS_Perlahan Tenang


Jauh dari nyata
Padam sejenak realita
Aku ingin sesuatu yang berbeda
Lepas dari keseharian yang ada
Bawa aku melintas cahaya
Dan pecah menembus asap nirwana
Rasakan seluruh semesta
Berdansa menari bersama

Nikmati semua yg ada tertawa tak terhingga
Nikmati semua yg ada tertawa tak terhingga
Nikmati semua yg ada tertawa tak terhingga
Nikmati semua yg ada tertawa tak terhingga

Biarkan perlahan tenang di jiwa
Dan biarkan perlahan tenang di jiwamu
Dan biarkan perlahan tenang di jiwa
Dan biarkan perlahan tenang di jiwa kita semua
 

lirik lagu @RastaMania " THE PAPS_Fana "


Terjaga di antara yang terlelapTerus berjalan bebaskan arahHancurkan jarak dan batasHadapi semua yang tak terduga
Aku bahagiaTiada kecewaPersean duniaSemua fana
Aku tak perlu pantaiAku tak perlu kotaAku tak perlu apapun jugaYang aku perlukanHanyalah sedikit......
 

Susilo Bambang Yudoyono

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah kita masih diberikan umur untuk menjalankan ibadah puasa. Kedatangan Ramadhan selalu menyejukkan, mendorong kita umat Islam untuk mengingat lagi rahmat yang luar biasa dari Allah.

Berkah, rejeki dan cobaan mendewasakan manusia hingga ke titik mulia di bawah lindungan Allah. Oleh sebab itu, Saya Susilo Bambang Yudhoyono mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa kepada saudara-saudaraku setanah air. Jaga terus persatuan dan kerukunan bersama, hingga kita bisa meraih makna kesucian Ramadhan dengan sempurna.SBY


 

NAMA

dalam sebuah nama tercipta sebuah cerita dan cerita melahirkan inspirasi dan inspirasi mengarahkan kita ke suatu tujuan.

terus terserah anda ?
 

Pagi Bening


Cerpen Islami - Pagi Bening
MINGGU tersenyum. Pagi yang bening. Langit menebarkan jubah putih. Seperti gigi-gigi macan yang mati tertumbak. Angin lelap. Debu melesap. Terik. Jemuran sekejap kering. Bau asap menyergap.

Kau termangu di depan layar kotak kecil itu. Ah, apa yang kausaksikan dari dunia-kecil dan kedil itu? Tangan-tangan memanjang. Merengkuh dua atau tiga benua. Disatukan ke dalam pelukan. Muntah. Mesiu menebar. O, ada tangis. Luka. Anak-anak menatap masalalu-masadepan. Kosong. Di pecahan tembok. Mengintip moncong senapan. Menguping deru tank. Mengangguk-angguk: “satu lagi, seratus lagi. Korban jatuh

Penjagal. Algojo bertangan mulus. Putih. Hidung mancung. Tanpan. Tangannya menjangkau. Menjabat seluruh dunia. Menabur pundi-pundi uang. Dermawan kau Ah, tidak. Kau pemangsa. Nyawa melayang. Melesat bagai meteor. Tubuh-tubuh kemudian jadi kaku.

Sudah berapa kematian di sini? Aroma ganja menebar. Asap mengepul, kita hirup bersama-sama. Aku, kau, kalian, mereka, dan kita semua mabuk. Ply Bawa kemari rencong-rencong itu. Akan kukibarkan sebagai bendera. Akan kutancapkan ke perut-perut para serdadu.

Ah, tidak. Rencong akan selalu kalah cepat dengan senapan. Mereka para serdadu itu tak berbilang jumlahnya. Sedangkan kami? Berapalah orang, berapalah kampung? Sekali dibombardir, habislah kami. Tetapi, kenapa kami tak pernah habis-habis?

“Tuhan selalu bersama kami. Melindungi anak-anak kami, perempuan-perempuan kami, nyawa kami, kampung kami, tanah-kelahiran kami. Ganja-ganja kami, kebun-kebun kami. Rencong kami selalu bergairah untuk melawan!

Dusta! Manalah mungkin kalian bisa melawan. Lihatlah para serdadu, tak berbilang jumlahnya, seia dan setia setiap saat untuk memuntahkan peluru-pelurunya. Cuma belum waktunya kalian dihabisi. Masih perlu strategi, mengulur-ulur waktu, sampai kalian terlelap dalam kegembiraan. Setelah itu habislah seluruh kalian, tak bersisa. Juga cinta kalian pada tanah dan air kelahiran ini.

“Bukankah hidup hanya menunda kematian1? Lebih tak berharga jika menyelesaikan hidup ini dengan sia-sia, tiada berharga. Maka itu, kami mesti berjuang untuk mempertahankan tanah kelahiran ini. Betapa pun kami mesti berkalang tanah. Sudah habis kesabaran kami ketika kalian datang kemari lalu membawa seluruh kekayaan kami. Yang tinggal di sini untuk kami cuma ampas, taik minyak, ladang-ladang yang kerontang
Adakah itu keadilan? Kami yang telah berabad-abad menjaga, menyuburkan, dan menyulingnya. Tetapi, hasilnya kalian bawa. Kalian yang bergelimang harta, kami yang berkalang luka.

Ke mana dan kepada siapa kami mengadu? Sedang angin tak pernah mengirim kabar nestapa kami. Ke mana dan kepada siapa kami harus melabuhkan duka? Sedang pelabuhan tak membukakan pintunya? Ke mana dan kepada siapa kami akan menurunkan sauh? Sedang pantai tiada lagi.

Ya!
Siapa yang pecahkan vas bunga
di pekarangan rumah kita
Padahal angin tidak menggerakkan daun-daunnya2

*
MINGGU tersenyum. Pagi yang bening. Langit menebarkan jubah putih. Seperti gigi-gigi macan yang mati tertumbak. Angin lelap. Debu melesap. Terik. Jemuran sekejap kering. Bau asap menyergap.

Kami bayangkan, minggu-minggu di sini akan selalu tersenyum. Tertawa bagi kebahagiaan kami, bagi kedamaian kami, bagi kemerdekaan kami. Tetapi, yang terjadi, ketakutan demi ketakutan menerpa kami. Mau seperti selalu mengintip sela kami. Selangkangan kami tak henti basah. Airmata kami tak habis-habis mengalir.

Suara dentuman itu. Suara peringatan itu. Suara ancaman itu. O! Telah membuat kami semakin ketakutan. Oh, tidak! Kami tak pernah takut, bahkan kepada singa yang buas sekali pun. Ketakutan kami hanya kepada Tuhan, pada amarah agama kami, jika kami mengabaikan anjuran jihad-Nya.

Aku bayangkan tak lagi kudengar
Derap sepatu juga aum serdadu

Tetapi, mungkinkah itu? Para serdadu itu kini sudah membanjiri kota-kota kami, kampung-kampung kami, dusun-dusun kami, rumah-rumah penduduk kami. Mereka tak saja mengancam, menembaki, juga menggagahi perempuan-perempuan kami.

Alangkah nistanya jika kami membiarkan kebiadaban itu. Alangkah terkutuknya sepanjang masa jika kami tak melawan. Maka kami angkat senjata pula. Kami acung-acungkan rencong-rencong kami dan menusukkan ke perut mereka.

Perlawanan tak seimbang memang. Tetapi, apakah kami rela teraniaya selamanya? Mana yang lebih berharga menjadi orang terjajah sepanjang masa atau mati dalam arena perlawanan?

Hidup hanya sekali. Darah akan tetap berwarna merah meski kami kalah. Maka berjihad menjadi ukuran perlawanan orang-orang teraniaya seperti kami. Apa kami akan selalu disetir, dikomandoi, diintimidasi oleh satu kekuatan yang zalim?

Teringat kami pada perjuangan sang Muhammad. Ia begitu gigih, tak pernah mati strategi dan semangat menegakkan perdamaian. Apa kami harus lupa pada ghirah suci seperti itu? Tak. Tiada akan pernah.

Ini tanah air kami. Ini kampung kelahiran kami. Tiada yang bisa mengusir kami dari tanah tumpah darah kelahiran kami. Sungai itu telah menampung air tuba kami. Tanah ini yang telah menanam ari-ari kami. Ranjang ini yang membiarkan basah oleh darah kelahiran kami. Ibu kami yang bersakit-sakit menjaga kelahiran kami.

Wahai saudara kami. Kita bersaudara. Maka turunkan senjatamu. Kunci pelatuk senapanmu. Beningkan airmuka amarahmu. Mari kita berpelukan. Tetapi, biarkan kami menjaga tanah kelahiran kami. Pulanglah saudaraku ke tanah kelahiranmu, ke barak-barakmu, yakinlah kami bisa mengolah segala yang ada di kampung kami.

Bukankah kau tahu, bumi ini diciptakan bukan untuk menampung pertumpahan darah? Kita ada karena kita dipercaya sebagai khalifah bagi perdamaian semesta, rahmat bagi dunia dan akhirat? katamu satu malam.

Kami akan bakar pohon-pohon ganja. Kami tanam bom-bom kami di ladang-ladang tak bertuan. Tak akan ia meledakkan kota-kota yang riuh. Hotel-hotel yang gemuruh. Tiada. Sebab jangan kaumengira kami yang meledakkan bom di keramaian itu, di candi-candi itu, di tempat-tempat hiburan itu. Bukan. Kami punya adab yang mesti kami jaga sebagai kehormatan.

Tetapi, selalu saja dan selalu saja, wajah-wajah kami yang tertera di media-media pemberitaan. Dalam sketsa-sketsa: rekayasa orang-orang yang membenci kami.

Dusta apa ini yang tengah kalian sebarkan untuk kami? Fitnah apa yang tengah kalian rancang untuk mengubur karakter kami? Dan, memang, sebagaimana diingatkan Tuhan kami bahwa œkalian tak akan pernah bosan sampai kami mengikuti milah kalian. Demikianlah, kalian coba berbagai cara untuk menghancurkan kami. Kemudian kami kalah, kami mengikuti kehendak kalian.

Tetapi Cahaya kami tak akan pernah redup. Bulan-bintang akan selalu menebarkan sinar-Nya setiap malam. Matahari akan selalu terbit dari dalam jiwa kami, dan akan tenggelam di batin kalian.

Maka, inilah perjuangan kami. Perlawanan kami. Pengorbanan kami. Jihad kami. Betapa pun di antara kami mesti ada yang syahid sebagai syuhada. Sebab, kami yakin, seribu kami akan terus berlahiran.

Memenuhi isi dunia ini. Merahmati semesta ini. Mensucikan alam ini. Menyelamatkan tanah dan langit ini.

Memenuhi isi dunia ini. Merahmati semesta ini. Mensucikan alam ini. Menyelamatkan tanah dan langit ini.

Memenuhi isi dunia ini. Merahmati semesta ini. Mensucikan alam ini. Menyelamatkan tanah dan langit ini.

Seperti Muhammad yang menyatukan Timur-Barat-Selatan-Utara. Dari tanah Arab hingga ke Eropa dan Amerika: semesta.

*

JUMAT tersenyum. Padang yang terbentang. Kami tafakurkan jiwa kami, kami zikirkan seluruh hidup-mati kami. Dari sini kami harus memulai menegakkan kembali tiang-tiang keyakinan kami yang nyaris porak oleh dusta dan fitnah kalian.

Cerpen Karya :  Isbedy Stiawan ZS
 

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Moeza88.blogsot.com. Diberdayakan oleh Blogger.

PP Facebook

PP Facebook
Kelud Erupsi
diooda